Singkat cerita: Tentang hubungan cinta anak manusia yang terhalang perbedaan keyakinan, status sosial, dan budaya serta latar belakang (halah).
Temanya klise, tapi dikemas dengan cara yang membumi dan selipan2 pelajaran hidup serta penyampaian pemikiran yang berbeda. Gw suka dengan film dengan kemasan seperti itu. Sebuah pemikiran yang sedikit menentang tradisi, tapi secara realistis memang benar.
Adalah Rosyid, seorang lelaki dari keluarga sederhana yang sangat Islami, yang berambut kribo, yang ayahnya adalah seorang pedagang, yang memiliki seorang kekasih bernama Delia. Rosyid ini seorang aktivis pengangguran yang terobsesi menjadi penyair terkemuka dengan puisi-puisi buatannya sendiri.
Delia adalah seorang gadis keturunan campuran, dari keluarga kaya, dan beragama Kristen. Dia adalah seorang mahasiswi yang juga aktivis sosial.
Diawali dengan adegan ayah Rosyid (dipanggil Ocid) yang marah-marah karena anaknya tidak ingin memakai peci dan berpenampilan lebih Islami. Ocid itu sangat cuek dengan penampilan dan memiliki pemikiran yang sedikit radikal. Ayahnya pun sempat mengira dia terkena aliran sesat, hueheheh.....
Cerita makin menantang ketika Delia bertandang ke rumah Rosyid dan berkenalan dengan orang tuanya. Ironi-ironi mulai bermunculan, ditambah Bibi Rosyid yang kemudian memperkenalkannya dengan seorang gadis berjilbab bernama Nabila. Kebetulan orang tua Nabila sudah kenal dekat dengan orang tua Rosyid.
Antara kenyataan dan ideal pun berkecamuk di otak gw. Kalau mau gampang dan selesai masalah, Rosyid bisa memutuskan saja hubungannya dengan Delia yang kebetulan ditawari kuliah di Amerika oleh orang tuanya, lalu melamar Nabila, yang selain cantik, alim, dan didukung orang tua.
Tapi kalau masalah hati ternyata memang tidak semudah itu. Solusi dan jalan menuju akhir cerita di film ini tidak 'ngasal' dan melegakan hati (hehe, lebay) . Yang jelas, tidak kontroversial dan menggurui. Realistis, bijak, dan yah......tonton aja....heheheheh......
